Gambar Sampul Agama Islam · i_BAB IX Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah Saw
Agama Islam · i_BAB IX Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah Saw
Nelty Khairiyah

22/08/2021 07:50:35

SMA 10 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

140

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Meneladani

Perjuangan

Dakwah

Rasulullah saw.

di Madinah

Memahami makna

perjuangan dakwah di

Madinah

Menganalisis faktor-faktor

keberhasilan dakwah di

Madinah

Menunjukkan sikap

ukhuwwah

atau persaudaraan

dalam kehidupan

Meneladani Perjuangan

Dakwah Rasulullah saw. di

Madinah

BAB

IX

Bagan Alir

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

141

Membuka Relung Hati

Cermati gambar dan wacana berikut.

Lingkungan yang baik semestinya

menjadi tempat ideal bagi kaum muslimin

untuk dijadikan tempat tinggal. Lingkungan

memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap pribadi dan perilaku seseorang.

Orang yang tinggal di lingkungan yang baik

akan memiliki karakter dan pribadi yang

baik pula. Sementara orang yang hidup

dan tinggal di lingkungan yang buruk, maka

lambat atau cepat akan terpengaruh perilaku

buruk dari lingkungannya. Orang yang baik

adalah orang yang berada di lingkungan yang

buruk, namun dia tidak begitu saja akan

terpengaruh oleh lingkungan yang buruk. Bahkan lebih dari itu, ia akan berupaya

mengubah lingkungan buruk tersebut menjadi lingkungan yang baik.

Demikian halnya dengan Rasulullah saw, Ia hidup dan tinggal di dalam

lingkungan yang saat itu jauh dari peradaban. Lingkungan yang oleh para sejarawan

disebut dengan lingkungan

jahiliah

. Ia lahir di tengah-tengah masyarakat yang

sangat jauh dari nilai-nilai kesusilaan. Mabuk-mabukan, merampok, memperkosa,

membunuh, berzina, dan bahkan mereka menyembah benda yang sama sekali

tidak memberikan kebaikan buat mereka sendiri, yaitu

berhala

. Namun demikian,

lingkungan yang buruk tersebut sama sekali tidak menjadikan Nabi Muhammad

saw. terpengaruh karenanya. Ia bahkan menjadi orang yang sangat membenci

perilaku

jahiliah

lingkungannya tersebut. Bahkan, tidak hanya membencinya, Nabi

Muhammad saw. pun, berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat

jahiliah

agar meninggalkan perbuatan-perbuatan

jahil

tersebut.

Keteladan Rasulullah saw. dalam membina lingkungannya, mestilah menjadi

perhatian kaum muslimin sebagai umatnya. Rasulullah saw. mengajarkan

bagaimana sikap yang harus ditunjukkan oleh orang-orang yang beriman agar

ia tidak ikut terbawa arus negatif lingkungan sekitarnya. Ia bahkan diwajibkan

menjadi bagian perubahan positif bagi lingkungan sekelilingnya. Tentu saja hal

tersebut memerlukan usaha-usaha cerdas agar mencapai hasil yang maksimal.

Hijrah

nya Rasulullah saw. ke Madinah sesungguhnya adalah upaya cerdas

beliau dalam membangun kekuatan dakwah yang lebih baik. Kekuatan dan

strategi yang beliau bangun atas dasar keimanan dan ke

takwa

an kepada Allah

Swt. mampu mengubah keadaan Mekah menjadi masyarakat yang hidup dalam

kedamaian dan rahmat Allah Swt.

Sumber: www.itsmyviews.com

Gambar 9.1

Hijrah, sebuah perjalanan yang teramat

berat.

142

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Apakah hijrah yang dahulu dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat

masih relevan atau sesuai untuk dilakukan pada saat ini? Coba analisis.

Jelaskan manfaat dari hijrah yang dilakuka

n Nabi Muhammad saw.

Aktivitas 1

Mengkritisi Sekitar Kita

Amati gambar dan cermati wacana berikut.

Kepedulian kaum muslimin terhadap

muslimin yang lainnya merupakan sebuah

kewajiban. Ibarat satu tubuh, jika salah satu

anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh

akan merasakan sakit. Begitulah seharusnya

kita sebagai muslim dengan muslim yang

lainnya. Kesulitan yang dialami kaum

muslim di beberapa tempat, baik berupa

kekurangan pangan, musibah bencana alam,

ataupun gangguan dari pihak lain yang

mengatasnamakan agama, maka sudah

seharusnya menggugah hati kita untuk

bangkit membantu dan menolong mereka.

Demikianlah yang dilakukan kaum Anshar

terhadap kaum Muhajirin beberapa abad

silam. Pada saat kaum muslimin di kota Mekah dalam tekanan dan ancaman luar

biasa dari kaum kafir Quraisy. Kemudian kaum muslimin berhijrah ke Madinah,

sehingga mereka diterima sebagai kaum Muhajirin, dengan tangan terbuka dan

lapang dada kaum Anshar di Madinah memberikan pertolongan dan bantuan.

Bantuan tersebut tentu saja tidak akan terjadi jika pemahaman bahwa sesama

muslim adalah saudara tidak dimiliki kaum Anshar. Mereka bahkan berusaha

memberikan apa yang mereka miliki untuk dapat membantu kaum Muhajirin.

Bagaimana dengan sikap kaum muslim di negara kita, apakah kita sesama

muslim sudah melakukan hal yang sama sebagaimana pembelaan kaum Anshar

terhadap kaum Muhajirin? Apakah saudara-saudara kita sesama muslim yang

saat ini tengah membutuhkan pertolongan sudah mendapatkan bantuan yang

layak dari kita sebagai komunitas muslim yang lebih mampu, lebih aman, dan

lebih kuat?

Sumber: www.udinnews.files.wordpress.com

Gambar 9.2

Ukhuwwah

dalam Islam sebagaimana

dicontohkan kaum Anshor terhadap

kaum Muhajirin

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

143

Tentu saja, sebagai orang yang beriman kita wajib memberikan bantuan

sesuai dengan kemampuan dan bidang kita masing-masing. Jika kemampuan

kita membantu mereka dalam bentuk materi atau harta benda, maka bantulah

dengan kekuatan materi tersebut. Jika kemampuan kita membantu mereka dalam

bentuk advokasi atau bantuan hukum, maka bantulah mereka agar terlepas dari

jeratan hukum yang tidak adil misalnya. Jika pun kita tidak dapat membantu

dalam bentuk materi atau bantuan lainnya, paling tidak kita turut bersimpati

dengan memberikan nasihat-nasihat atau ucapan-ucapan yang baik. Semoga kita

dapat melakukan apa yang menjadi kewajiban kita terhadap sesama manusia,

terlebih terhadap sesama kaum muslim.

B

agaimana upaya yang harus dilakukan untuk membantu saudara-saudara

sesama muslim baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri?

Kemukakan pendapatmu. Diskusikan dengan temanmu dan konfirmasikan

kepada gurumu.

Aktivitas 2

Memperkaya Khazanah Peserta Didik

A. Memahami Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad saw.

1.

Hijrah

, Titik Awal Dakwah Rasulullah saw. di Madinah

Wafatnya istri tercinta Siti Khadijah dan Pamannya Abu

°

alib, yang

selalu menjadi pembela utama dari ancaman para

kafir

Quraisy, beban

Rasulullah saw. dalam berdakwah menyebarkan ajaran Islam makin berat.

Di sisi lain, kesediaan penduduk Madinah (Yaș

rib) memikul tanggung

jawab bagi keselamatan Rasulullah saw. merupakan tanda yang jelas bagi

kelanjutan dakwah Rasulullah saw. Beberapa faktor yang mendorong

Rasulullah saw.

hijrah

ke Madinah antara lain sebagai berikut.

a. Pada tahun 621 M, telah datang 13 orang penduduk Madinah menemui

Rasulullah saw. di Bukit Aqaba. Mereka berikrar memeluk agama Islam.

b. Pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang dari

Madinah ke Mekah yang terdiri atas suku

Aus

dan

Khazraj

yang

pada awalnya mereka datang untuk melakukan ibadah haji, tetapi

144

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

kemudian menjumpai Rasulullah saw. dan mengajak beliau agar

hijrah

ke Madinah. Mereka berjanji akan membela dan mempertahankan

Rasulullah saw. dan pengikutnya serta melindungi keluarganya seperti

mereka melindungi anak dan istri mereka.

Faktor lain yang mendorong Rasulullah saw. untuk

hijrah

dari Kota

Mekah adalah pemboikotan yang dilakukan oleh

kafir

Quraisy

kepada

Rasulullah saw. dan para pengikutnya (Bani Hasyim dan Bani Muṭ

allib).

Pemboikotan yang dilakukan oleh para kafir Quraisy mencakup hal-hal

berikut.

a. Melarang setiap perdagangan dan bisnis dengan pendukung Nabi

Muhammad saw.

b. Tidak seorang pun berhak mengadakan ikatan perkawinan dengan

orang muslim.

c. Melarang keras bergaul dengan kaum muslim.

d. Musuh Nabi Muhammad saw. harus didukung dalam keadaan

bagaimana pun.

Pemboikotan tersebut tertulis di atas kertas

śahifah

atau plakat yang

digantungkan di dinding Ka’bah dan tidak akan dicabut sebelum Nabi

Muhammad saw. menghentikan dakwahnya. Teks perjanjian tersebut

disahkan oleh semua pemuka Quraisy dan diberlakukan dengan sangat

ketat.

Blokade

tersebut berlangsung selama tiga tahun dan sangat

dirasakan dampaknya oleh kaum Muslimin. Kaum Muslimin merasakan

derita dan kepedihan atas

blokade

ekonomi tersebut. Namun, semua itu

tidak menyurutkan kaum muslimin untuk tetap bertahan dan membela

Rasulullah saw.

Setelah melalui pemikiran yang mendalam disertai perintah langsung

dari Allah Swt. untuk berhijrah ke Madinah, disusunlah rencana Rasulullah

saw. dan seluruh kaum muslimin untuk

hijrah

ke Madinah. Peristiwa hijrah

Rasulullah saw. dari Mekah ke Madinah dilakukan dengan perencanaan

yang sangat matang. Kaum muslimin diperintahkan terlebih dahulu untuk

menuju Madinah tanpa membawa harta benda yang selama ini menjadi

milik mereka. Sementara Rasulullah saw. dan beberapa sahabat merupakan

orang terakhir yang

hijrah

ke Madinah. Hal itu dilakukan mengingat begitu

sulitnya beliau keluar dari pantauan kaum

kafir

Quraisy.

B. Substansi Dakwah Nabi saw. di Madinah

1. Membina Persaudaraan antara Kaum

Anśar

dan Kaum

Muhajirin

Kehadiran Rasulullah saw. dan Kaum

Muhajirin

(sebutan bagi pengikut

Rasulullah saw. yang

hijrah

dari Mekah ke Madinah) mendapat sambutan

hangat dari penduduk Madinah (Kaum

Anśar

). Mereka memperlakukan

Nabi Muhammad saw. dan para

Muhajirin

seperti saudara mereka sendiri.

Mereka menyambut Rasulullah saw. dengan kaum

Muhajirin

dengan

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

145

penuh rasa hormat selayaknya seorang tuan rumah menyambut tamunya.

Bahkan, mereka mengumandangkan sya’ir yang begitu menyentuh

qalbu

.

Bunyi sya’ir yang mereka kumandangkan adalah seperti berikut.

“Telah muncul bulan purnama dari

Șaniyatil Wadai’

, kami wajib

bersyukur selama ada yang menyeru kepada Tuhan, Wahai yang diutus

kepada kami. Engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati.”

Sejak itulah, Kota Ya

¡

rib diganti namanya oleh Rasulullah saw. dengan

sebutan “

Madinatul Munawwarah

”.

Strategi Nabi mempersaudarakan

Muhajirin

dan

Anśar

untuk mengikat

setiap pengikut Islam yang terdiri atas berbagai macam suku dan kabilah ke

dalam suatu ikatan masyarakat yang kuat, senasib, seperjuangan dengan

semangat persaudaraan Islam. Rasulullah saw. mempersaudarakan Abu

Bakar dengan Kharijah Ibnu Zuhair Ja’far, Abi

Ţalib dengan Mu’az bin

Jabal, Umar bin Kha

ţţab dengan Ibnu bin Malik dan Ali bin Abi

Ţ

alib dipilih

untuk menjadi saudara beliau sendiri. Selanjutnya, setiap kaum

Muhajirin

dipersaudarakan dengan kaum

Anśar

dan persaudaraan itu dianggap

seperti saudara kandung sendiri. Kaum

Muhajirin

dalam penghidupan

ada yang mencari nafkah dengan berdagang dan ada pula yang bertani

mengerjakan lahan milik kaum

Anśar

.

Setelah kaum

Muhajirin

menetap di Madinah, Nabi Muhammad saw.

mulai mengatur strategi untuk membentuk masyarakat Islam yang terbebas

dari ancaman dan tekanan (intimidasi). Pertalian hubungan kekeluargaan

antara penduduk Madinah (kaum

Anśar

) dan kaum

Muhajirin

dipererat

dengan mengadakan perjanjian untuk saling membantu antara kaum

muslimin dan nonmuslim. Nabi Muhammad saw. juga mulai menyusun

strategi ekonomi, sosial, serta dasar-dasar pemerintahan Islam.

Kaum

Muhajirin

adalah kaum yang sabar. Meskipun banyak rintangan

dan hambatan dalam kehidupan yang menyebabkan kesulitan ekonomi,

namun mereka selalu sabar dan tabah dalam menghadapinya dan tidak

berputus asa.

Nabi Muhammad saw. dalam menciptakan suasana agar nyaman dan

tenteram di Kota Madinah, dibuatlah perjanjian dengan kaum Yahudi.

Dalam perjanjiannya ditetapkan dan diakui hak kemerdekaan tiap-tiap

golongan untuk memeluk dan menjalankan agamanya.

Isi perjanjian yang dibuat Nabi Muhammad saw. dengan kaum

Yahudi

sebagai berikut.

a. Kaum

Yahudi

hidup damai bersama-sama dengan kaum Muslimin.

b. Kedua belah pihak bebas memeluk dan menjalankan agamanya masing-

masing.

c. Kaum muslimin dan kaum

Yahudi

wajib tolong-menolong dalam

melawan siapa saja yang memerangi mereka.

146

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

d. Orang-orang

Yahudi

memikul tanggung jawab belanja mereka sendiri

dan sebaliknya kaum muslimin juga memikul belanja mereka sendiri.

e. Kaum

Yahudi

dan kaum muslimin wajib saling menasihati dan tolong-

menolong dalam mengerjakan kebajikan dan keutamaan.

f. Kota Madinah adalah kota suci yang wajib dijaga dan dihormati oleh

mereka yang terikat dengan perjanjian itu.

g. Kalau terjadi perselisihan di antara kaum

Yahudi

dan kaum muslimin

yang dikhawatirkan akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan,

urusan itu hendaklah diserahkan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.

h. Siapa saja yang tinggal di dalam ataupun di luar Kota Madinah wajib

dilindungi keamanan dirinya kecuali orang zalim dan bersalah sebab

Allah Swt. menjadi pelindung bagi orang-orang yang baik dan berbakti.

2. Membentuk Masyarakat yang Berlandaskan Ajaran Islam

a. Kebebasan Beragama

Tujuan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. adalah

memberikan ketenangan kepada penganutnya dan memberikan

jaminan kebebasan kepada kaum Muslimin

, Yahudi,

dan

Nasrani

dalam

menganut kepercayaan agama masing-masing. Dengan demikian, Nabi

Muhammad saw memberikan jaminan kebebasan beragama kepada

Yahudi

dan

Nasrani

yang meliputi kebebasan berpendapat, kebebasan

beribadah sesuai dengan agamanya, dan kebebasan mendakwahkan

agamanya. Hanya kebebasan yang memberikan jaminan dalam

mencapai kebenaran dan kemajuan menuju kesatuan yang integral dan

terhormat.

Menentang kebebasan berarti memperkuat kebatilan dan

menyebarkan kegelapan yang pada akhirnya akan mengikis habis cahaya

kebenaran yang ada dalam hati nurani manusia. Cahaya kebenaran

yang menghubungkan manusia dengan alam semesta (sampai akhir

zaman), yaitu hubungan rasa kasih sayang dan persatuan, bukan rasa

kebencian dan kehancuran.

b.

A

ż

an, Śalat, Zakat,

dan

Puasa

Ketika Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah, bila waktu

śalat

tiba,

orang-orang berkumpul bersama tanpa dipanggil. Lalu terpikir untuk

menggunakan terompet, seperti

Yahudi

, tetapi Nabi tidak menyukainya;

lalu ada yang mengusulkan menabuh genta, seperti

Nasrani

. Menurut

satu sumber atas usul Umar bin Kha

ţţ

ab dan kaum muslimin serta

menurut sumber lain berdasarkan perintah Allah Swt. melalui wahyu,

panggilan

śalat

dilakukan dengan

a

ż

an

. Selanjutnya Nabi Muhammad

saw. memerintahkan kepada Abdullah bin Zaid bin Sa’labah untuk

membacakan

lapa

ż aż

an

kepada

Bilal

dan menyerukannya manakala

waktu

śalat

tiba karena

Bilal

memiliki suara yang merdu.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

147

Bila waktu

śalat

tiba, Bilal naik ke atas rumah seorang perempuan

Bani

Najjar

yang berada di dekat masjid dan lebih tinggi daripada masjid

untuk menyerukan

a

§

an

dengan lafal:

Kewajiban

śalat

yang diterima pada saat

mi’raj,

menjelang

berakhirnya periode Mekah terus dimantapkan kepada para pengikut

Nabi Muhammad saw. Sementara itu, puasa yang telah dilakukan

berdasarkan

syariat

sebelumnya, kini telah pula diwajibkan setiap

bulan Rama

«

an. Demikian pula halnya dengan

zakat

. Bahkan, setelah

kekuasaan Islam berkembang ke seluruh

jazirah Arab

, Nabi Muhammad

saw. mengutus pasukannya ke negeri di luar Madinah untuk memungut

zakat

.

c. Prinsip-Prinsip Kemanusiaan

Pada tahun ke-10 H (631 M) Nabi Muhammad saw. melaksanakan

haji

wada’

(haji terakhir). Dalam kesempatan ini, Nabi Muhammad saw.

menyampaikan

khutbah

yang sangat bersejarah. Ketika matahari telah

tergelincir, dengan menunggang untanya yang bernama

al-Qaswa’

,

Nabi Muhammad saw. berangkat dan tiba di lembah yang berada

di Uranah. Di tempat ini, dari atas untanya Nabi Muhammad saw.

memanggil orang-orang dan diulang-ulang panggilan itu oleh Rabi’ah

bin Umayyah bin Khalaf.

Setelah berucap syukur dan puji kepada Allah Swt., Nabi Muhammad

saw. menyampaikan pidatonya. Khutbah Nabi saw. itu antara lain

berisi larangan menumpahkan darah kecuali dengan

haq

dan larangan

mengambil harta orang lain dengan

ba

ţ

il

karena nyawa dan harta

benda adalah suci; larangan riba dan larangan menganiaya; perintah

untuk memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut dan

perintah menjauhi dosa; semua pertengkaran antara mereka di zaman

jahiliyah

harus saling dimaafkan; balas dendam dengan tebusan darah

sebagaimana berlaku dalam zaman

jahiliyah

tidak lagi dibenarkan;

persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan;

hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik, mereka makan seperti

apa yang dimakan tuannya dan berpakaian seperti apa yang dipakai

tuannya; dan yang terpenting adalah umat Islam harus selalu berpegang

kepada

al-Qur’ān

dan

sunnah

.

Badri Yatim, dalam bukunya

Sejarah Peradaban Islam, Dirasah

Islamiyah

II

, menyimpulkan isi

khutbah

Nabi tersebut dengan

menyatakan bahwa

khutbah

Nabi Muhammad saw. berisi prinsip-

prinsip kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi,

kebajikan, dan solidaritas.

148

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

3. Mengajarkan Pendidikan Politik, Ekonomi, dan Sosial

Dalam bukunya

100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang

Sejarah

, Michael H. Hart yang menempatkan Rasulullah saw. Nabi

Muhammad saw pada urutan pertama menyatakan bahwa beliau adalah

satu-satunya orang dalam sejarah yang sangat berhasil, baik dalam hal

keagamaan maupun keduniaan. Dalam urusan politik Rasulullah saw.

menjadi pemimpin politik yang amat efektif. Hingga saat ini, empat belas

abad pasca wafatnya, pengaruhnya sangat kuat dan merasuk.

C. Strategi Dakwah Nabi saw. di Madinah

1. Meletakkan Dasar-Dasar Kehidupan Bermasyarakat

Sesampainya di Madinah, Nabi Muhammad saw. segera meletakkan

dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar-dasar kehidupan ber

-

masyarakat yang dibangun Nabi adalah seperti berikut.

a. Membangun masjid. Masjid yang dibangun Nabi Muhammad saw.

tidak saja dijadikan sebagai pusat kehidupan beragama (beribadah),

tetapi sebagai tempat

bermusyawarah

, tempat mempersatukan kaum

muslimin agar memiliki jiwa yang kuat, dan berfungsi sebagai pusat

pemerintahan.

b. Membangun

ukhuwah Islamiyah

. Dalam hal ini, Nabi Muhammad saw.

saw. mempersaudarakan Kaum

Anśar

(Muslim Madinah) dengan Kaum

Muhajirin

(Muslim Mekah). Beliau mempertemukan dan mengikat

Kaum

Anśar

dan

Muhajirin

dalam satu hubungan kekeluargaan

dan kekerabatan. Dengan demikian, Nabi Muhammad saw. telah

membangun sebuah ikatan persaudaraan tidak saja semata-mata

dikarenakan hubungan darah, tetapi oleh ikatan agama (ideologi).

c. Menjalin persahabatan dengan pihak-pihak lain yang nonmuslim.

Untuk menjaga stabilitas di Madinah, Nabi Muhammad saw. menjalin

persahabatan dengan orang-orang

Yahudi

dan Arab yang masih

menganut agama nenek moyangnya. Sebuah piagam pun dibuat yang

kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Dalam piagam itu ditegaskan

persamaan hak dan menjamin kebebasan beragama bagi orang-orang

Yahudi

. Setiap orang dijamin keamanannya dan diberikan kebebasan

dalam hak-hak politik dan keagamaan. Setiap orang wajib menjaga

keamanan Madinah dari serangan luar. Dalam piagam itu dicantumkan

pula bahwa Nabi Muhammad saw. menjadi kepala pemerintahan dan

karena itu otoritas mutlak diserahkan kepada beliau.

Terbentuknya negara Madinah membuat Islam makin kuat. Pada sisi

lain, timbul kekhawatiran dan kecemasan yang amat tinggi di kalangan

Quraisy dan musuh-musuh Islam lainnya. Kenyataan ini mendorong orang

Quraisy dan yang lainnya melakukan berbagai macam bentuk ancaman

dan gangguan. Untuk itu, Nabi Muhammad saw. mengatur siasat dan

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

149

membentuk pasukan perang serta mengadakan perjanjian dengan

berbagai

kabilah

yang ada di sekitar Madinah. Upaya kaum muslimin

mempertahankan Madinah melahirkan banyak peperangan. Berikut

diuraikan beberapa peperangan yang terjadi antara kaum muslimin dengan

musuh-musuh mereka.

a. Perang Badar

Perang Badar merupakan peperangan yang pertama kali terjadi

dalam sejarah Islam. Perang ini berlangsung antara kaum muslimin

melawan

musyrikin

Quraisy. Peperangan ini terjadi pada tanggal 8

Ramaḍan

tahun ke-2 Hijrah. Dengan perlengkapan yang sederhana,

Nabi Muhammad saw. dengan 305 orang pasukannya berangkat ke

luar Madinah. Kira-kira 120 km dari Madinah, tepatnya di Badar,

pasukan Nabi bertemu dengan pasukan Quraisy berjumlah antara 900-

1.000 orang. Dalam peperangan ini, Nabi Muhammad saw. dan kaum

muslimin berhasil memperoleh kemenangan.

Setelah kemenangan ini, salah satu suku Badui yang kuat tertarik

untuk mengikat perjanjian damai dengan Nabi Muhammad saw. Tak

lama kemudian, Nabi menyerang suku

Yahudi

Madinah dan

Qainuqa’

yang turut berkomplot dengan orang Quraisy Mekah. Orang-orang

Yahudi

ini akhirnya meninggalkan Madinah dan menetap di

Aḍri’at

,

perbatasan

Syria

.

b. Perang

Uhud

Kekalahan dalam Perang Badar makin menimbulkan kebencian

Quraisy kepada kaum muslimin. Karena itu, mereka bersumpah akan

menuntut balas kekalahan tersebut. Pada tahun ke-3

Hijrah

, mereka

berangkat ke Madinah dengan membawa 3000 pasukan berunta, 200

pasukan berkuda, dan 700 orang di antara mereka memakai baju besi.

Pasukan ini dipimpin oleh Khalid bin Walid. Kedatangan pasukan Quraisy

ini disambut Nabi Muhammad saw. dengan sekitar 1.000 pasukan.

Ketika pasukan Nabi Muhammad saw. melewati batas kota,

Abdullah bin Ubay menarik 300 pasukan yang terdiri atas orang

Yahudi

dan kembali ke Madinah. Dengan pasukan yang masih tersisa 700

orang, Nabi Muhammad saw. melanjutkan perjalanan. Pasukan Nabi

Muhammad saw. dan pasukan Quraisy bertemu di Bukit Uhud. Perang

besar pun berkobar. Mula-mula pasukan berkuda Khalid bin Walid

gagal menembus dan menaklukkan pasukan pemanah Nabi. Pasukan

Quraisy kocar-kacir. Namun, kemenangan yang sudah di ambang pintu

gagal diraih karena pasukan Nabi Muhammad saw., termasuk pasukan

pemanah, tergoda oleh harta peninggalan musuh.

Pasukan Khalid bin Walid berbalik menyerang; pasukan pemanah

dapat dilumpuhkan dan satu per satu pasukan Nabi berguguran di

medan pertempuran. Dalam pertempuran ini, sekitar 70 orang pasukan

150

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Nabi gugur sebagai

syuhada’

. Setelah peperangan ini, Nabi Muhammad

saw. menindak tegas Abdullah bin Ubay dan pasukannya.

Bani Nadir

,

satu dari dua suku

Yahudi

Madinah yang berkomplot dengan Abdullah

bin Ubay, diusir dari Madinah. Kebanyakan mereka pergi dan menetap

di Khaibar.

c. Perang

Ahzab/Khandaq

Bani Nadir

yang menetap di Khaibar berkomplot dengan

musyrikin

Quraisy untuk menyerang Madinah. Pasukan gabungan mereka

berkekuatan 24.000 pasukan. Pasukan ini berangkat ke Madinah pada

tahun ke-5

Hijrah

. Atas usul Salman al-Farisi, umat Islam menggali Parit

untuk pertahanan. Oleh karena itu, perang ini disebut dengan Perang

Khandaq

(Parit). Selain itu, peperangan ini disebut dengan Perang

Ahzab

(sekutu beberapa suku) karena

Bani Nadir

(orang

Yahudi

yang

terusir dari Madinah),

musyrikin

Quraisy, dan beberapa suku Arab yang

masih

musyrik

berkomplot melawan pasukan Islam.

Pasukan musuh yang hendak masuk ke Madinah tertahan oleh

parit. Karena itu, mereka mengepung Madinah dengan membangun

kemah-kemah di luar parit. Pengepungan ini berlangsung selama satu

bulan dan berakhir setelah badai kencang menerpa dan memporak-

porandakan kemah-kemah mereka. Kenyataan ini memaksa pasukan

Ahzab menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-

masing tanpa mendapat hasil apa pun.

Dalam suasana kritis, orang-orang

Yahudi

dan

Bani Quraizah

di

bawah pimpinan Ka’ab bin Asad melakukan pengkhiatan. Setelah

musuh menghentikan pengepungan dan meninggalkan Madinah, para

pengkhianat itu dihukum mati.

d. Perang Hunain

Meskipun Mekah telah ditaklukkan, tidak semua suku Arab

bersedia tunduk kepada Nabi Muhammad saw. Ada dua suku yang

masih melakukan perlawanan terhadap Nabi Muhammad saw., yaitu

Bani Ţaqif di Ţaif dan Bani Hawazin di antara Mekah dan

Ţaif. Kedua

suku ini berkomplot melawan Nabi Muhammad saw. dengan alasan

menuntut balas atas

berhala-berhala

mereka (yang ada di Ka’bah) yang

dihancurkan oleh tentara Islam ketika penaklukan Mekah.

Dengan kekuatan 12.000 pasukan di bawah pimpinan Nabi

Muhammad saw., tentara Islam berangkat menuju Hunain. Dalam

waktu singkat Nabi Muhammad saw. dan pasukannya dapat menumpas

pasukan musuh. Dengan takluknya Bani

Ţaqif dan Bani Hawazin, seluruh

jazirah Arab di bawah kekuasaan Nabi Muhammad saw.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

151

e. Perang Tabuk

Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti oleh

Nabi Muhammad saw.. Perang ini terjadi karena kecemburuan dan

kekhawatiran Heraklius atas keberhasilan Nabi Muhammad saw.

menguasai seluruh

jazirah Arab

. Untuk itu, Heraklius menyusun

kekuatan yang sangat besar di utara

Jazirah Arab

dan

Syria

yang

merupakan daerah taklukan Romawi. Dalam pasukan besar ini

bergabung

Bani Gassan

dan

Bani Lachmides

.

Menghadapi peperangan ini, banyak sekali kaum muslimin yang

“mendaftar” untuk turut berperang. Oleh karena itu, terhimpun pasukan

yang sangat besar. Melihat besarnya jumlah tentara Islam, pasukan

Romawi menjadi ciut nyalinya dan kemudian menarik diri, kembali ke

negerinya. Nabi Muhammad saw. tidak melakukan pengejaran, tetapi

berkemah di Tabuk. Dalam kesempatan ini, Nabi membuat perjanjian

dengan penduduk setempat. Dengan demikian, wilayah perbatasan itu

dapat dikuasai dan dirangkul masuk dalam barisan Islam.

2. Surat Nabi Muhammad saw. kepada Para Raja

Genjatan senjata antara Nabi Muhammad saw. dan

musyrikin

Quraisy

telah memberi kesempatan kepada Nabi Muhammad saw. untuk melirik

negeri-negeri lain sambil memikirkan cara berdakwah ke sana. Salah

satu cara yang ditempuh Nabi Muhammad saw. adalah dengan berkirim

surat kepada raja-raja, para penguasa negeri-negeri tersebut. Di antara

raja-raja yang dikirimi surat oleh Nabi Muhammad saw. adalah raja

Gassan, Mesir, Abisinia, Persia, dan Romawi. Tidak satu pun dari raja-

raja tersebut menyambut dan menerima ajakan Nabi Muhammad saw.

Semuanya menolak dengan cara yang beragam. Ada yang menolak dengan

baik dan simpati dan ada pula yang menolak dengan kasar seperti yang

dilakukan oleh Raja Gassan. Ia tidak sekadar menolak, bahkan utusan Nabi

Muhammad saw. ia bunuh dengan kejam.

Untuk membalas perlakuan Raja Gassan, Nabi Muhammad saw.

menyiapkan 3.000 orang pasukan. Peperangan terjadi di Mu’tah, sebelah

utara

Jazirah Arab

. Pasukan Islam kesulitan menghadapi tentara Raja

Gassan yang dibantu oleh Romawi. Beberapa orang pasukan muslim gugur

sebagai

syuhada’

dalam pertempuran itu. Melihat kenyatan ini, komandan

pasukan, Khalid bin Walid menarik pasukannya dan kembali ke Madinah.

3. Penakluan Mekah

Pada tahun ke-6 Hijrah, ketika haji telah disyariatkan, Nabi Muhammad

saw. dengan 1.000 orang kaum muslimin berangkat ke Mekah untuk

melaksanakan ibadah haji. Karena itu, Nabi Muhammad saw. beserta kaum

muslimin berangkat dengan pakaian

iĥram

dan tanpa senjata. Sebelum

sampai di Mekah, tepatnya di Hudaibiyah, Nabi Muhammad saw. dan kaum

152

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

muslimin tertahan dan tidak boleh masuk ke Mekah. Sambil menunggu izin

untuk masuk ke Mekah, Nabi saw. dan kaum muslimin berkemah di sana.

Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin tidak mendapat izin memasuki

Mekah dan akhirnya dibuatlah Perjanjian Hudaibiyah.

Perjanjian

Hudaibiyah

berisi lima kesepakatan, yaitu (1) kaum muslimin

tidak boleh mengunjungi Ka’bah pada tahun ini dan ditangguhkan sampai

tahun depan, (2) lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja, (3) kaum

muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan diri

ke Madinah. Sebaliknya, pihak Quraisy menolak untuk mengembalikan

orang-orang Madinah yang kembali ke Mekah, (4) selama sepuluh tahun

dilakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan Mekah, dan

(5) tiap

kabilah

yang ingin masuk ke dalam persekutuan kuam Quraisy atau

kaum muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.

Dengan adanya perjanjian ini, harapan untuk mengambil alih Ka’bah

dan menguasai Mekah kembali terbuka. Ada dua faktor yang mendorong

Nabi Muhammad saw. untuk menguasai Mekah. Pertama, Mekah adalah

pusat keagamaan bangsa Arab. Apabila Mekah dapat dikuasai, penyebaran

Islam ke seluruh

Jazirah Arab

akan dapat dilakukan. Kedua, orang-orang

Quraisy adalah orang-orang yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh

yang besar. Dengan dikuasainya Mekah, kemungkinan besar orang-

orang Quraisy, yang merupakan suku Nabi Muhammad saw. sendiri,

akan memeluk Islam. Dengan Islamnya orang-orang Quraisy, Islam akan

mendapat dukungan yang besar. Setahun kemudian, Nabi Muhammad

saw. bersama kaum muslimin melaksanakan ibadah haji sesuai dengan

perjanjian. Dalam kesempatan ini banyak penduduk Mekah yang masuk

Islam karena melihat kemajuan yang diperoleh oleh penduduk Madinah.

Dua tahun Perjanjian

Hudaibiyah

berlangsung, dakwah Islam telah

menjangkau seluruh

Jazirah Arab

dan mendapat tanggapan positif. Prestasi

ini, menurut orang Quraisy, dikarenakan adanya Perjanjian

Hudaibiyah

.

Oleh karena itu, secara sepihak mereka membatalkan perjanjian tersebut.

Nabi Muhammad saw. segera berangkat ke Mekah dengan 10.000 orang

tentara. Tanpa kesulitan, Nabi Muhammad saw. dan pasukannya memasuki

Mekah dan

berhala-berhala

di semua sudut negeri dihancurkan. Setelah

itu, Nabi Muhammad saw. berkhutbah memberikan pengampunan

bagi orang-orang Quraisy. Dalam khutbah itu Nabi Muhammad saw.

menyatakan “siapa yang menyarungkan pedangnya ia akan aman, siapa

yang masuk ke

Masjidil Haram

ia akan aman, dan siapa yang masuk ke

rumah Abu Sufyan ia juga akan aman.” Setelah khutbah itu, penduduk

Mekah datang berbondong-bondong dan menyatakan diri sebagai muslim.

Sejak peristiwa itu, Mekah berada di bawah kekuasaan Nabi Muhammad

saw.

Keislaman penduduk Mekah memberikan pengaruh yang sangat besar

kepada suku-suku di berbagai pelosok Arab. Oleh karena itu, pada tahun

ke-9 dan ke-10

Hijrah

(630 – 631 M) Nabi Muhammad saw. menerima

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

153

berbagai delegasi suku-suku Arab sehingga tahun itu disebut dengan

tahun perutusan. Sejak itu, peperangan antarsuku telah berubah menjadi

saudara seagama dan persatuan Arab pun terwujud. Nabi Muhammad

saw. kembali ke Madinah. Ia mengatur organisasi masyarakat Arab yang

telah memeluk Islam. Petugas keamanan dan para

da’i

dikirim ke daerah-

daerah untuk mengajarkan Islam, mengatur peradilan, dan memungut

zakat. Dua bulan kemudian, Nabi Muhammad saw. jatuh sakit, dan pada

12

Rabi’ul Awwal

11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M ia wafat di rumah

istrinya, Aisyah.

Kamu telah mempelajari perjuangan dakwah Nabi Muhammad saw.

periode Madinah di atas. Sikap apa saja yang harus dicontoh atau diteladani

dari perjuangan dakwah tersebut, baik dari kaum

An£ar

maupun kaum

Muhajirin

? Coba analisis.

Aktivitas 3

Menerapkan Perilaku Mulia

Membangun dan Menjaga Persaudaraan (

Ukhuwah

)

Persaudaraan (

ukhuwah

) merupakan hubungan atau pertalian antarmanusia

yang diikat oleh sesuatu. Hubungan atau pertalian manusia yang diikat oleh

hubungan darah disebut hubungan kekeluargaan. Bila hubungan itu diikat

oleh kesukuan disebut saudara sesuku dan bila diikat oleh kebangsaan disebut

saudara sebangsa. Demikian pula, jika hubungan itu diikat oleh satu ideologi

tertentu, hubungan itu disebut saudara seideologi. Sementara itu, hubungan

yang diikat dengan agama disebut saudara seagama. Dalam konteks ini, kita

mengenal persaudaraan keluarga, persaudaraan kesukuan, persaudaraan

kebangsaan, persaudaraan keagamaan, dan persaudaraan kemanusiaan. Khusus

persaudaraan antarumat Islam disebut ukhuwah Islamiyah.

Manusia akan menjadi manusia sempurna jika ia hidup di tengah-tengah

manusia dan bergaul dengan manusia. Manusia dapat dan mampu berdiri tegak

serta berjalan dengan dua kaki karena ia diajarkan oleh masyarakat manusia

seperti itu. Bayangkan, jika sejak bayi kamu diasuh oleh seekor serigala pastilah

154

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

kamu tidak dapat tegak dan berjalan dengan dua kaki. Selain itu, tidak seorang

pun di dunia ini yang mampu memenuhi kebutuhannya dengan kemampuannya

sendiri. Dengan demikian, setiap orang amat bergantung pada orang lain. Untuk

dapat memakan sepiring nasi dengan lauk-pauknya, seseorang membutuhkan

petani, nelayan, pembuat piring, supir untuk mengangkut bahan-bahan pangan,

kuli panggul, pedagang, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, hubungan

kemanusiaan merupakan sebuah keniscayaan atau kepastian yang tidak boleh

diabaikan oleh siapapun.

Dalam kehidupan bernegara, setiap orang harus berpikir untuk memberikan

sesuatu dan mengambil peran dalam pembangunan negara sesuai dengan

kedudukan dan kemampuan masing-masing. Jika tidak, negara akan terbelakang

dan hancur, bahkan menjadi permainan bangsa-bangsa lain. Sebagai pelajar,

sumbangan kamu untuk negara adalah belajar dengan baik dan bersungguh-

sungguh, mempersiapkan diri untuk melanjutkan estafet kepemimpinan negara.

Sebab, apabila tiba waktunya, kamulah yang akan menentukan perjalanan negara,

maju dan mundurnya negara. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, persiapkan

dirimu, kumpulkan bekalmu (ilmu pengetahuan) sebanyak-banyaknya, binalah

mentalmu, asah jiwa kepemimpinanmu, serta tumbuhkan dan pupuklah rasa

cintamu pada negara. Demikian pula halnya agama (Islam). Kamulah generasi

muda Islam yang diharapkan dapat menjadi pembela-pembela Islam. Menjadi

mujahid-mujahid yang menawarkan keramahan, kemajuan, serta keselamatan

kepada seluruh manusia dan alam semesta.

Bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh. Ungkapan yang semakna dengan

ini adalah bersatu itu rahmat dan berpecah belah itu azab. Ungkapan ini jelas

sekali menganjurkan untuk selalu memperhatikan dan membangun persaudaraan

dengan siapa saja. Sebab, melalui hubungan persaudaraan itu, hidup menjadi

lapang, berbagai kesulitan dapat diatasi, dan berbagai harapan, keinginan, serta

tujuan dapat dicapai. Sebaliknya, perpecahan menyebabkan hidup menjadi

sempit, berbagai kesulitan datang menghampiri, dan harapan, keinginan

serta cita-cita sukar untuk diraih. Melalui persaudaraan, beban berat menjadi

ringan, kesulitan menjadi kemudahan, keputusasaan menjadi harapan. Melalui

persaudaraan, ketakutan, dan kekerdilan dapat pula dihapuskan. Oleh karena itu,

jalinlah ukhuwah, sambungkan tali persaudaraan sebanyak-banyaknya. Ingatlah

ungkapan seribu teman itu sedikit dan satu musuh itu banyak.

Menjalin persaudaraan berarti menghapuskan atau menghilangkan

permusuhan. Bermusuhan merupakan sikap tercela yang menimbulkan banyak

kerugian. Sekarang, ingat-ingatlah apakah engkau mempunyai musuh? Jika ya,

datanglah kepadanya dan mintalah maaf darinya serta ajaklah dia mengubur

permusuhan dan mulailah menjalin persahabatan dengannya. Setelah itu,

rasakanlah baik-baik, mana yang lebih enak bermusuhan atau bersahabat?

Pastilah perasaanmu akan merasakan kelegaan dan kebahagiaan saat bersahabat.

Persahabatan dan persaudaraan haruslah dibangun di atas prinsip kesetaraan

dan persamaan. Dengan prinsip ini akan lahir sikap saling menghormati dan

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

155

saling membela serta saling mendukung. Jadilah seperti sekumpulan semut.

Setiap bertemu dengan temannya, mereka saling menyapa dan memberi salam,

bekerja sama membangun tempat tinggal, dan mengumpulkan bahan makanan.

Janganlah kamu menjadi sekumpulan kepiting yang selalu saling menarik dan

menjatuhkan jika ada temannya yang ingin naik atau inginmaju.

Pernahkah kamu berkelahi dengan temanmu? Atau, pernahkah sekolahmu

berkelahi (tawuran) dengan sekolah lain? Bayangkan apakah keuntungan

yang kamu peroleh dari itu semua? Pasti tidak kamu temukan keuntungannya

sedikitpun. Malahan kamu akan melihat banyak sekali kerugian yang kamu

peroleh. Tubuhmu luka-luka, sekolahmu rusak, berbagai fasilitas umum

berantakan, jalanan menjadi macet, barang-barang orang hancur, dan

ketenteraman masyarakat terganggu. Bahkan, mungkin pula kamu ditangkap

polisi. Lebih jauh lagi, konsentrasimu untuk belajar terganggu dan cita-citamu

tidak tercapai. Orang tuamu pasti kecewa dan marah. Bahkan, negara akan

kehilangan generasi potensial yang akan melanjutkan kejayaannya.

Jadi, tersenyumlah kepada setiap orang. Jalinlah persahabatan dan persaudaraan

sebanyak-banyaknya. Kamu pasti akan menemukan banyak keuntungan dan

kemudahan. Ingatlah selalu keteladan yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad

saw. ketika ia membangun Madinah. Ia persatukan suku

Aus

dan

Khazraj

,

ia persaudarakan kaum Anśar dan Muhajirin, dan ia buat perjanjian damai

dengan orang

Yahudi

Madinah serta dengan suku-suku yang ada di sekitar

Madinah. Hasilnya, Nabi Muhammad saw. berhasil meraih kejayaan dan Islam

pun memancarkan sinarnya ke seluruh penjuru dunia. Itulah sebabnya Madinah

diberi gelar

munawwarah

(memancarkan cahaya/bersinar), sehingga ada yang

menyebutnya dengan

al-Madinah al-Munawwarah

. Jadi, dengan persahabatan

dan persaudaraan yang kukuh berbagai kesulitanmu akan hilang, duniamu

menjadi lapang, dan bintang terang akan menghampirimu serta harapan dan

cita-citamu akan tercapai.

Rangkuman

1. Sesampainya di Madinah, Nabi Muhammad saw. langsung membangun

masjid. Masjid ini berfungsi sebagai pusat peribadatan dan pemerintahan.

2. Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad saw. di Madinah adalah

mempersatukan suku

Aus

dan

Khazraj

serta mempersaudarakan orang

Anśar

(Madinah) dan

Muhajirin

(Mekah). Setelah itu, Nabi Muhammad saw.

pun membuat perjanjian damai dengan orang-orang

Yahudi

dan suku-suku

yang berada di sekitar Madinah. Berkembangnya dakwah Nabi Muhammad

saw. di Madinah menimbulkan kekhawatiran orang-orang Quraisy. Karena

itu, terjadilah Perang Badar. Peperangan ini terjadi pada 8 Rama

«

an tahun

ke-2

Hijrah

. Dengan perlengkapan yang sederhana Nabi Muhammad saw.

dengan 305 orang pasukannya berangkat ke luar Madinah. Kira-kira 120 km

dari Madinah, tepatnya di Badar pasukan Nabi Muhammad saw. bertemu

dengan pasukan Quraisy berjumlah antara 900 – 1.000 orang. Dalam

156

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

peperangan ini, Nabi dan kaum muslimin berhasil memperoleh kemenangan.

Kekalahan dalam perang Badar semakin menimbulkan kebencian Quraisy

kepada kaum Muslimin. Karena itu, mereka bersumpah akan menuntut balas

kekalahan tersebut. Pada tahun ke-3

Hijrah

mereka berangkat ke Madinah

dengan membawa 3.000 pasukan berunta, 200 pasukan berkuda, dan 700

orang di antara mereka memakai baju besi. Pasukan ini dipimpin oleh Khalid

bin Walid. Kedatangan pasukan Quraisy ini disambut Nabi Muhammad saw.

dengan sekitar 1.000 pasukan.

3. Pada tahun ke-5

Hijrah

, terjadilah Perang

Ahzab/Khandaq

. Bani

Nadir

yang

menetap di

Khaibar

berkomplot dengan

musyrikin

Quraisy

untuk menyerang

Madinah. Pasukan gabungan mereka berkekuatan 24.000 pasukan.

4. Meskipun Mekah telah ditaklukkan, tetapi Bani

Ţaqif di Ţaif dan Bani Hawazin

di antara Mekah dan

Ţaif tidak mau tunduk. Bahkan, mereka menyerang

Mekah dan menuntut bela atas perusakan berhala-berhala. Dengan

kekuatan 12.000 pasukan, Nabi Muhammad saw. menyambut kedatangan

pasukan Bani

Ţaqif dan Bani

Hawazin

. Perang ini dikenal dengan Perang

Hunain

.

5. Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti Nabi Muhammad

saw.. Perang ini melawan Raja Gasan yang telah membunuh secara sadis

utusan yang membawa surat Nabi Muhammad saw. Peperangan ini terjadi

di Mu’tah dan Nabi Muhammad saw. datang dengan membawa 3.000

pasukan.

Orang-orang Mekah telah membatalkan secara sepihak Perjanjian

Hudaibiyah

. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. segera berangkat ke

Mekah dengan 10.000 orang tentara. Tanpa kesulitan, Nabi Muhammad

saw. dan pasukannya memasuki Mekah dan berhala-berhala di seluruh

sudut negeri dihancurkan. Setelah itu Nabi berkhutbah memberikan

pengampunan bagi orang-orang Quraisy. Peristiwa ini dikenal dengan

Fat

d

u

Makkah

(penaklukan Mekah).

Evaluasi

A. Uji Pemahaman

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan jelas.

1. Sebutkan isi Perjanjian Hudaibiyah.

2. Tuliskan

lafaż aż

an

.

3. Jelaskan isi

khutbah wada’

.

4. Jelaskan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat yang dibangun Nabi

Muhammad saw. di Madinah.

5. Jelaskan latar belakang terjadinya Perang Tabuk.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

157

B. Refleksi

Berilah tanda

checklist

(

) yang sesuai dengan dorongan hatimu untuk

menanggapi pernyataan-pernyataan berikut ini.

No.

Pernyataan

Kebiasaan

Selalu Sering

Jarang

Tidak

Pernah

Skor 4 Skor 3 Skor 2

Skor 1

1. Saat ada orang tua, saudara, atau

teman yang sakit, saya segera

membesuk.

2. Saat ada teman yang mendapat

musibah, saya memberikan

nasihat untuk bersabar.

3. Saat ada teman yang mendapat

musibah, saya memberikan

sumbangan.

4. Saya aktif dalam setiap kegiatan

kerja bakti di sekolah.

5. Saya berusaha mengucapkan

salam dan bertegur sapa ketika

berpapasan dan bertemu teman.

6. Saya berusaha untuk memaafkan

teman yang mengejek dan

berlaku kasar kepada saya.

7. Saya bertutur kata lemah lembut

kepada teman.

8. Saya berusaha membantu

kesulitan teman.

9. Saya menghormati perbedaan

pendapat.

10. Saya menjaga persaudaraan

dengan sesama mukmin.